Sendratari Matah Ati adalah pagelaran Sendratari kolosal yang membawakan sebuah kisah nyata tentang cinta dan perjuangan melawan penjajah di Tanah Jawa pada Abad 18 .Pagelaran tersebut diselenggarakan di PamedanPu ra Mangkunegaran Surakarta dengan megahnya tata panggung , balutan spesial efek dan melibatkan lebih dari 250 penari dan ribuan crew.

Pagelaran Matah Ati ini mampu menarik ribuan penonton dari berbagai daerah untuk hadir dari sabtu-senin (8-10/9). Tak ketinggalan Walikota Solo Jokowi beserta istri juga turut hadir di tengah-tengah para penonton untuk menikmati Pagelaran Sendratari tersebut.

Pagelaran sendra tari matah ati solo,surakarta, foto sendratari matah atiPada pagelaran hari ke-3 para penari membawakan sebuah adegan yaitu Raden Mas Said menikah dengan Roro Rubiyah atau Raden Mas Ayu Matah Ati.

Secara emosional, adegan tersebut seakan membawa penonton semakin larut dalam nikmatnya suguhan seni budaya pada malam itu.


Sebelum penyelenggaraan Pagelaran Matah Ati tanggal 8-10/9,di kota Solo terjadi serentetan aksi terorisme yang diawali dengan pelemparan bom di Pospam Gemblegan hingga upaya Polisi meringkus teroris tersebut sedikit mengusik ketenangan kota Karisidenan ini. Namun dengan hadirnya gelaran Matah Ati ini setidaknya telah membuka mata dunia bahwa Solo adalah kota berbudaya dan bukan sarang teroris.

Hal tersebut senada dengan pernyataan dari punggawa Jejak Tamboen™ dengan mengatakan sebagai berikut,


Matah Ati,.manah ing ati, nentremake ati. Sendratari Matah Ati kemarin menunjukkan bahwa Kota solo merupakan kota nyaman dan berbudaya. Saya kira dengan Matah Ati kemarin dapat membuka mata dunia bahwa Solo bukan sarang teroris, bukan juga kota bom dsb. Seharusnya yang ingin berbuat teror atau onar di Kota Solo harus malu dan berpikir seribu kali lipat bahwa Solo bukan tempat untuk itu. Dan warga Solo tidak akan terpengaruh dengan adanya teror semacam itu, karena Solo adalah kota berbudaya, maju terus budaya Solo majulah bangsa Indonesia.” (Bayu, 12 September 2012)./Klik Sumber

Harapan kita sebagai penikmat seni, semoga pagelaran semacam ini dapat terus lestari dan juga dapat menginspirasi daerah-daerah lain untuk mampu serta sadar akan pelestarian budaya bangsa kita sendiri. (JT)