Biografi S.K TrimurtiKabupaten Boyolali terletak di propinsi Jawa Tengah,atau tepatnya berada di sebelah barat Kota Surakarta. Boyolali terkenal dengan sebutan kota Susu,karena merupakan penghasil susu perah terbaik di eks.Karisidenan Surakarta. Selain menghasilkan susu perah terbaik, Boyolali juga melahirkan putra-putri terbaik bangsa, diantaranya Abdul Azis Saleh, Prof.Dr.Soeharso, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S dan salah satunya adalah S.K Trimurti.


Surastri Karma Trimurti atau dikenal sebagai S.K Trimurti adalah wartawan, penulis, dan guru Indonesia. S.K Trimurti mungkin adalah salah satu sosok pelaku sejarah yang hampir terlupakan. Ia merupakan salah satu saksi mata-telinga secara langsung dari pembacaan proklamasi. Bahkan S.K Trimurti adalah pembawa bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi.  

S.K Trimurti menjadi pengibar bendera proklamasi bersama Abdul Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo.

Surastri Karma Trimurti lahir di Boyolali, 11 Mei 1912. Orang tua S.K Trimurti bernama Mangunsuromo, yaitu Seorang Wedana. Setelah tamat dari Sekolah Ongko Loro (Tweede Indlandsche School), Surastri melanjutkan ke Sekolah Guru. Ia lulus dengan nilai terbaik dan diangkat sebagai guru antara lain di Banyumas. Disinilah ia mulai berorganisasi dengan menjadi anggota Rukun Wanita dan mengikuti rapat-rapat Budi Utomo. Surastri pindah ke solo menerbitkan majalah Bedug yang kemudian berganti Terompet. Kemudian ia pindah ke Yogya bersama Sri Panggihan temannya, mendirikan majalah Suara Marhaeni.

Surastri Karma menambahkan Trimurti di belakang namanya sehingga menjadi S.K Trimurti. Karena membuat pamflet anti-penjajahan, pada tahun 1936 ia di penjara di Bulu Semarang selama 9 bulan.

peran sk trimurti  sk trimurti pengibar bendera  keteladanan sk trimurti  sk trimurti yang memiliki andil dalam  peran s.k trimurti dalam peristiwa proklamasi  prestasi sk trimurti  sayuti melik  buku sk trimurti

Pada tahun 1937 Trimurti berkenalan dengan Sayuti Melik (Pengetik Naskah Proklamasi). Suatu ketika Sayuti menulis di harian Sinar Selatan yang dipimpin Trimurti. Pemuatan itu menyebabkan sang pemimpin redaksi Trimurti disidangkan,karena tidak menyebutkan nama penulis pada penerbitan artikel tersebut sehingga Trimurti dihukum 2 bulan penjara. Namun proses pengadilan itu berjalan cukup lama. 

Sementara itu Sayuti dan Trimurti sempat menikah di Solo 19 Juli 1938 dan tanggal 11 April 1939 lahir putra pertama mereka. Saat putranya hampir berusia 5 bulan datang surat keputusan pengadilan untuk mengeksekusi Trimurti. Karena anaknya dalam masa menyusui maka terpaksa Trimurti masuk penjara bersama bayinya.


Pada saat mengandung anaknya yang kedua, tahun 1941 Trimurti kembali masuk penjara. Bulan Juni 1942 lahir putra kedua. Kemudian Sayuti dan Trimurti ditangkap dan disiksa oleh Jepang. Setelah Jepang kalah, Trimurti hadir dalam pembacaan proklamasi 17 agustus 1945. 

Perjuangan terus berlanjut, S.K Trimurti ditugasi oleh Komite Nasional Indonesia untuk menggelorakan semangat rakyat Semarang. Bersama tiga teman, mereka naik mobil. Ditengah jalan, ban mobil bekas milik pembesar Jepang itu kempes. Karena tidak ada tukang tambal ban, terpaksa ban itu diisi rumput, setelah berjalan beberapa jauh, kempes lagi dan diisi dengan rumput lagi.

Dalam Kabinet Amir Sjarifudin tahun 1947, Trimurti menjabat Menteri Perburuhan. Tahun 1959 Soekarno ingin menunjuknya sebagai Menteri Sosial, tetapi Trimurti menolak karena ia bertekad menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Dalam wisuda sarjana tahun 1960,Presiden Soekarno turut hadir.

Pada awal Orde Baru, Trimurti menjadi pengurus Dewan Harian Angkatan ’45 dan mendirikan majalah kebatinan Mawas Diri. Tahun 1980 ia ikut menanda tangani Petisi 50 yang menyebabkan geraknya sangat dibatasi untuk seterusnya. Tetapi Trimurti pantang surut, ia masih aktif menghadiri berbagai kegiatan pada era reformasi dalam usianya yang kian lanjut. 

Dalam peresmian rumah jompo perempuan di Kramat Jakarta yang diresmikan Gus Dur tahun 2004, Trimurti masih semangat berrnyanyi dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan Belanda. S.K Trimurti wafat pada tanggal 20 Mei 2008, ia wafat dalam usia 96 saat bangsa Indonesia memperingati Seabad Kebangkitan Nasional.

S.K Trimurti adalah tokoh pejuang yang mempunyai karakter tangguh dan bersahaja. Beliau patut mendapat gelar pahlawan. Semoga kita mampu mencontoh suri tauladan yang beliau wariskan, untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Amin.(JT)