Dalam kesempatan kali ini kami akan mengangkat sisi lain dari perjuangan bangsa kita, dimana peran seniman juga tak kalah besar andilnya dalam masa itu.

Melalui keahlian masing-masing mereka mampu berkontribusi. Menghasilkan karya-karya pengobar semangat para pejuang. Peran para seniman tersebut mengisyaratkan bahwa berjuang tak selamanya harus angkat senjata.

Satu bentuk dukungan seniman terhadap perjuangan meraih kemerdekaan adalah munculnya berbagai produk seni sebagai ungkapan mereka (seniman) dalam mengekspresikan dirinya. Apa yang mereka hasilkan adalah bentuk luapan jiwa yang tulus dan murni, sehingga hasil karya yang dihasilkan mampu menghipnotis dan membakar semangat para pejuang lain untuk habis-habisan membela tanah air.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh hasil karya seniman yang telah berkontribusi dalam masa perjuangan.

Peran Seniman Lukis

Seniman lukis memberi dukungannya melalui lukisan/gambar-gambar, coretan-coretan yang sesusai dengan kondisi yang terjadi waktu itu. Karya-karya seniman tersebut teraktualisasi dalam suatu hasil karya yang bertemakan semangat perjuangan. Apa yang mereka goreskan adalah ungkapan semangat berjuang berlandaskan cinta tanah air,bangsa dan negara.

Produk-produk seniman lukis tersebut dibuat untuk ambil bagian dalam mendukung dan membakar semangat perjuangan di masa itu. Ada beberapa hasil karya seniman-seniman lukis pada saat itu,antara Lain:

1. Coretan-Coretan Perjuangan.

gambar perjuangan, gambar karya seniman pada masa perjuangan,hasil seni seniman pada masa perjuangan

Foto karya juru foto Belanda, Cas Oorthuys ini dibuat pada 1946, beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI oleh Soekarno dan Hatta. Orang-orang berjalan melintasi grafiti menandakan kelahiran bangsa Indonesia, sebuah identitas baru diantara bangsa-bangsa lain di dunia. (Cas Oorthuys : 1946 | Nederlands Fotomuseum, Rotterdam)

2.  Poster-poster perjuangan
     Misal:

gambar perjuangan, gambar karya seniman pada masa perjuangan,hasil seni seniman pada masa perjuangan


Di era 1945 pula, muncul karya poster yang fenomenal “Boeng Ajo Boeng” menjadi tonggak sejarah perjuangan, kontribusi dari para seniman. Poster tersebut hasil kolaborasi antara S. Soedjojono, Affandi dan Dullah (sebagai model untuk di gambar), sedangkan Chairil Anwar menyumbangkan slogan untuk Headline teksnya.

3. Lukisan
gambar perjuangan, gambar karya seniman pada masa perjuangan,hasil seni seniman pada masa perjuangan

PEKIK MERDEKA ATAU
MATI

Padamu, Ibu Pertiwi; kami berjuang kobarkan semangat persatuan dengan tinju terkepal dan dada tegap menyongsong pertempuran. Dengan satu tujuan, kibarkan Sang Saka Indonesia Merdeka.

Lukisan di atas merupakan rekontruksi visualisasi kenangan sejarah salah satu seniman ketika ikut berjuang pada masa perang kemerdekaan. Seniman tersebut bernama M.Sochieb asal Surabaya.

Goresan-goresan kuat dan ekspresif dapat kita temukan hampir di semua artifak ilustrasi di era ini. Semangat jaman dari akumulasi keinginan untuk merdeka seakan terepresentasikan melalui tangan-tangan ilustrator di kala itu

MelaLui visualisasi ini para seniman membuat karya dua dimensi yang bertemakan semangat perjuangan. Tentu siapa saja yang melihat karya mereka akan termotivasi dan tergugah untuk terus berjuang melawan penjajahan.

Peran Seniman Sastra

Dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan, banyak seniman-seniman yang berkecimpung dalam dunia sastra menyumbangkan buah karyanya lewat syair-syair yang mempunyai misi perjuangan. Menurut HB Yasin bahwa karya sastra berupa puisi adalah sari dari pemikiran berdasarkan pengalaman dan penghayatan kehidupan. 

Salah satu tokoh seniman sastra yang menyumbangkan karya-karyanya untuk mengobarkan semangat perjuangan adalah Chairil Anwar. Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun.

Salah satu Syair Chairil Anwar yaitu berjudul Karawang-Bekasi

Karawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bias
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
 
Karya-karya lain dari Chairil Anwar antara lain:
PRAJURIT JAGA MALAM
PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
DIPONEGORO
MALAM
AKU, dll


Sebuah sajak memiliki kekuatan dapat menyuarakan semangat, mengandung hasrat kuat dan mempunyai aspek psikologis yang cukup menggugah ekspresi gerak jiwa, pernyataan hati, semangat api perjuangan. Puisi ternyata cukup memberi bukti adanya gelora perjuangan dalam sastra. Produk seni Sastrawan pada masa itu mempunyai esensi menggugah semangat juang, memotivasi keikutsertaan seluruh rakyat untuk berjuang meraih dan membela kemerdekaan seutuhnya.

Peran Seniman Teater

Seni teater telah diciptakan sejak jaman pendudukan Jepang dengan nama “Keimin Bunka Sidhoosha” yaitu salah satu kegiatan kebudayaan yang salah satu kegiatannya sandiwara/teater.

Di Surabaya terdapat seni teater Ludruk, kesenian ini berperan sebagai media perjuangan. Ludruk disamping sebagai grup penghibur juga memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat. Disini ludruk berperan menanamkan jiwa persatuan dan membakar semangat nasional demi kemerdekaan bangsa.

Dalam kondisi yang demikian dan melihat kiprah grup ludruk telah diakui masyarakat bahwa seniman ludruk tidak sekedar sebagai penghibur dan mencari popularitas tetapi jauh daripada itu semata-mata demi suksesnya perjuangan bangsa.

Kidung-kidung selalu didengung-dengungkan pemain ludruk pada tahun 1945-1949 yang pada intinya mengingatkan dan menggelorakan agar semua komponen perjuangan jangan sampai goyah dan terus menjaga persatuan dan kesatuan.

Salah satu petikan kidung berbunyi sebagai berikut
“Pegupon omah doro, melok Nippon tambah soro”
“Tuku klepon nduk stasiun, melok Nippon gak oleh pension”

Artinya :

Pagupon rumah burung dara, ikut Nippon tambah sengsara,
Beli klepon di stasiun, ikut Nippon tidak boleh pensiun

Pagupon adalah penyebutan oleh orang jawa untuk kandang burung dara yang terbuat dari kayu. Klepon adalah penganan kue kecil bulat terbuat dari ketan dengan warna hijau alami dan ditaburi kelapa yang telah diparut serta di dalamnya berisi lelehan gula merah.

Mencermati isi kidungan di atas, sangat jelas bahwa seniman kala itu menyinggung secara langsung pemerintahan Jepang. Singgungan ini buntut dari kehidupan yang dirasa semakin sulit dan sengsara ketika Pemerintahan Jepang bercokol di Nusantara. 
Salah satu tokoh pemimpin seni teater Ludruk kala itu adalah Cak Durasim.

Tahun 1933 Cak Durasim mendirikan Ludruk Oraganizatie (LO). Ludruk ini terkenal dengan jula julinya yang menentang pemerintahan Belanda dan Jepang. Pada masa penjajahan Jepang, ludruk berfungsi sebagai sarana perjuangan. Pemain ludruk memanfaatkan pertunjukan sebagai alat penerangan kepada rakyat untuk mempersiapkan kemerdekaan. Bahkan pemerintah Jepang menangkap Cak Durasim ke dalam penjara hingga meninggal, karena tembang dalam pementasan ludruknya yang mengandung kritikan terhadap Jepang.

Peran Seniman Musik

Kontribusi musik pada saat itu tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Sumbangan musik terhadap semangat perjuangan kemerdekaan sangat besar. Melalui syair-syair lagu yang sangat indah, merdu dan begairah dengan nuansa perjuangan sangat besar pengaruhnya terhadap semangat perjuangan.

Syair-syair lagu pada masa itu sangat menyentuh hati sanubari para pejuang. Hal ini sebagai mana lagu ciptaan Gesang (alm) yang berjudul Jembatan Merah. Lagu Jembatan Merah  yang sangat terkenal pada saat pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Selain itu ada lagu yang dikarang dari Tentara Pelajar yang tergabung dalam tentara Genie Pelajar (TGP), lagu ini berjudul "Mars TGP" karya Wing Wiryawan dan Basoeki H. 

Kemudian juga ada lagu yang berjudul "Api Juang Surabaya (10 NOPEMBER 1945)" yang menjadi salah satu alat semangat juang arek-arek Surabaya pada pertempuran bulan Nopember 1945. Lagu ini dikarang oleh M.Saleh Dewo

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, para seniman melalui karyanya masing-masing telah memainkan perannya. Karya-karya para seniman dapat berupa lukisan, poster, corat-coret, karikatur, seni suara, teater dan lain-lain. Semuanya itu mereka dedikasikan untuk membangkitkan dan membakar semangat demi tercapainya kemerdekaan bumi pertiwi Indonesia.

Celoteh: Dalam konteks kekinian,.poin terpenting yang dapat kita petik dari kasus sejarah di atas adalah apapun profesi yang kita miliki, kita dapat berkontribusi untuk bangsa dan Negara. keep spirit, life is struggle !

Tulisan diatas hanyalah cuplikan dari beberapa seniman saja, tentu masih banyak lagi seniman yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan bangsa kita yang tidak dapat kami tulis satu-persatu. Demikian artikel Seniman: Tak Selamanya Harus Angkat Senjata. Semoga bermanfaat.

Thanks to:
___________________________________________________________________________
Buku (Departemen P&K , “Partisipasi Seniman Dalam Kemerdekaan Di Propinsi Jatim”)
Mari Mengenal Ludruk
Pameran foto 65 tahun Republik Indonesia