sejarah Garuda Indonesia Airways, sejarah, penerbangan, garuda indonesia, Garuda Indonesian Airways (GIA) atau Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia berasal dari patungan Indonesia-Belanda yang dibentuk bersamaan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Bentuk kerjasama ini dipilih pihak Indonesia karena keterbatasan keuangan dan personel. Pemberian nama Garuda itu atas usul Presiden Soekarno karena garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu.,gambar pesawat garuda indonesia, gambar pesawat terbang
 
Sejarah lahirnya Maskapai Garuda Indonesia ~ Hari Jadi atau hari ulang tahun adalah salah satu moment penting dalam hidup kita, dengan hari jadi, kita dapat mengenang sejarah hidup kita, tapi kisah berbeda dialami Garuda Indonesian Airways (GIA) ,Ada apa & kenapa? baca selengkapnya ulasan di bawah ini.

Sejak tahun 1979 hari jadi perusahaan penerbangan Garuda dirayakan setiap tanggal 26 Januari. Penetapan tanggal itu memang unik karena melalui surat hibah. Biasanya penghibahan itu menyangkut aset atau harta warisan. Namun dalam kasus ini yang dihibahkan adalah tanggal lahir. Kepala Staf Angkatan Udara Ashadi Tjahjadi menghibahkan hari lahir Indonesian Airways tanggal 26 Januari 1979.

Surat hibah itu diketik rangkap enam (tidak dicantumkan didistribusikan kepada siapa saja) pada kertas dinas berlogo TNI dengan saksi Nugroho Notosusanto, Kepala Pusat Sejarah ABRI, namun tidak dilengkapi dengan nomor registrasi dan cap jabatan KASAU. Dengan kata lain, surat itu tidak tercatat sebagai surat pribadi Ashadi Tjahjadi yang kebetulan memakai kertas surat dinas.

Sebetulnya Indonesian Airways bukanlah embrio dari Garuda Indonesia Airways. Karena keduanya menempuh sejarah yang berbeda. Indonesian Airways merupakan perusahaan “charter flight” (januari 1949 sampai Agustus 1950) dan hanya beroperasi di Birma, Sedangkan Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan reguler sejak 1949 sampai sekarang.

Sejarah Indonesian Airways.

Tanggal 16 Juni 1948 Presiden Soekarno berpidato di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) meminta rakyat menyumbang untuk Republik. Dalam waktu tidak terlalu lama terkumpul emas sebanyak 20 kg. Dengan uang itu dibelilah sebuah pesawat C-47 Dakota oleh Wiwieko dari Singapura.

Kemudian pesawat ini dioperasikan oleh AURI sebagai alat transportasi bagi pejabat Negara. Sebagai tanda terima kasih kepada rakyat Aceh, pesawat itu diberi nama Seulawah (Gunung Emas) sebuah nama gunung di Aceh. Tugas pertama pesawat ini membawa Hatta dalam kunjungan kerja ke Sumater (Yogya-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Yogya

Celoteh: Action yang ditunjukkan rakyat Aceh pada saat itu merupakan sebuah keikhlasan dalam berkorban demi bangsa dan negara yang patut kita contoh. Dalam konteks kekinian, Negara kita saat ini butuh pengorbanan yang lebih dari rakyatnya. sehingga dengan apa yang telah dilakukan rakyat Aceh tersebut dapat menginspirasi serta mendorong kita untuk berkontribusi lebih kepada bangsa dan negara secara ikhlas tanpa pamrih.

Kemudian pada awal Desember 1948 pesawat C-47 Dakota harus mendapat servis dan penambahan kapasitas tangki bahan bakar sehingga dapat diterbangkan ke Calcutta,India. Perawatan ini diperkirakan akan memakan waktu tiga pekan. Pada tanggal 19 Desember 1948, Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta (bacalah sejarah pemindahan Ibu Kota Negara ke Yogya) diserang dan dikuasai tentara Belanda yang melakukan Agresi Militer kedua. Pesawat itu tidak mungkin kembali ke tanah air.

Hubungan antara awak pesawat dengan pemerintah pusat di Yogyakarta terputus. Untuk membiayai hidup para personel dan perawatan pesawat, maka dibentuklah perusahaan penerbangan Indonesian Airways yang diawaki personel AURI. Dengan seijin DUBES RI di India, Dr. Soedarsono (ayah dari Prof. Juwono Sudarsono ‘Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Bersatu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai 2009’), pesawat itu dengan awaknya disewakan kepada pemerintah Birma.

Tanggal 26 Januari 1949 pesawat C-47 Dakota berangkat dari Calcutta ke Rangoon,Birma. (mungkin ini alasan Ashadi Tjahjadi menghibahkan tanggal 26 Januari sebagai hari lahir Garuda, namun menurut Asvi Warman Adam, alasan tersebut kurang tepat karena Indonesian Airways bukan embrio dari Garuda Indonesia  dan keduanya memiliki sejarah yang berbeda).

Hasil penyewaan pesawat itu digunakan untuk membeli sebuah pesawat dan menyewa satu pesawat lainnya dari Hongkong. Selama 19 bulan Indonesia Airways bertugas di luar negeri sebelum akhirnya dilikuidasi pada Agustus 1950. Kemudian pesawat dan awaknya tersebut ditugaskan dalam Dinas Angkutan Udara Militer yang menghubungkan antar pangkalan udara di Indonesia.

Sejarah Garuda Indonesian Airways (GIA).

Garuda Indonesian Airways (GIA) atau Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia berasal dari patungan Indonesia-Belanda yang dibentuk bersamaan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Bentuk kerjasama ini dipilih pihak Indonesia karena keterbatasan keuangan dan personel. Pemberian nama Garuda itu atas usul Presiden Soekarno karena garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu.

Sehari setelah itu, pada tanggal 28 Desember 1949, pesawat Garuda Indonesian Airways (GIA) digunakan terbang untuk pertama kalinya. Dan pada penerbangan perdana ini mengangkut Presiden Soekarno dan keluarga dari Maguwo, Yogyakarta ke Jakarta. Pesawat itu menggunakan logo Garuda dan pada ekornya dicat bendera merah putih. Presiden Soekarno bersama Guntur, Megawati (anak-anak Soekarno) dan Ibu Fatmawati (istri Soekarno) yang sedang hamil menjadi penumpang penerbangan perdana Garuda. Meskipun sudah terbang sebelumnya, akte pendirian perusahaan ini dibuat pada 31 Maret 1950 dan tanggal 24 Maret 1954 perusahaan ini dinasionalisasikan.

Dewasa ini Garuda Indonesian Airways merayakan hari jadinya setiap tanggal 26 Januari, sementara sebagian sesepuh AURI dan Asosiasi Pilot Garuda merasa keberatan. Tanggal 26 Januari 1949 merupakan penerbangan perdana Indonesian Airways dari Calcutta ke Rangoon,Birma. Sedangkan tanggal 28 Desember 1949 merupakan penerbangan perdana Garuda Indonesian Airways dari Yogyakarta ke Jakarta. Sedangkan Indonesian Airways dengan Garuda Indonesian Airways tidak ada hubungan.

Berdasar data dan fakta diatas, Peneliti Senior LIPI ,Asvi Warman memberikan jalan keluar atas permasalan yang terjadi. Menurut beliau, sebaiknya tanggal 26 Januari dijadikan hari Penerbangan Nasional sedangkan tanggal 28 Desember diperingati sebagai hari Terbang Perdana Garuda. Penetapan hari penerbangan nasional perlu diusulkan oleh pihak TNI AU atau sesepuh yang tergabung dalam PP (Persatuan Purnawirawan) AURI kepada Presiden.(JT)

sumber: Asvi Warman,menguak misteri Sejarah.